Options
Penilaian kebudayaan [Cultural assessment]
Citation
Muhammad Ariff Ahmad. (1977, August 27). Penilaian kebudayaan [Cultural assessment; Radio broadcast transcript]. In Sari Budaya. Radio and Television of Singapore (RTS). https://hdl.handle.net/10497/20047
Author
Muhammad Ariff bin Ahmad
Abstract
Transkrip ini daripada siaran rancangan Sari Budaya siaran Radio Singapura, mengenai penilaian kebudayaan. Penulis merujuk kepada kesimpulan Drs Soeharto Rijoatmodjo tentang kebudayaan, berdasarkan pendapat C Klickhohn, namun keberatan untuk menerima pendapat bahawa tidak ada tolak ansur dalam amalan kebudayaan. Kita dan nenek moyang kita hidup dalam alam dan zaman yang tidak sama dan kerana perbezaan inilah maka diperolehi berbagai-bagai corak dan sifat kebudayaan yang dialami manusia ini. Sesuatu kebiasaan nenek moyang tidak boleh diamalkan tanpa lebih dahulu menilainya. Drs Soeharto mengungkap bahawa kebudayaan adalah penjelmaan daripada pemikiran, perasaan dan kemahuan manusia. Melakukan sesuatu kebiasaan itu haruslah difikirkan, dirasakan dan dipastikan sama ada kebiasaan itu benar-benar diperlukan atau tidak. Orang-orang yang wajar sikap kebudayaannya tidak ragu-ragu mengubah kebiasaan yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya asalkan perubahan itu mendatangkan kebajikan kepada kebudayaan yang dianuti dan memberikan manfaat dan kesejahteraan kepada kehidupannya. Di samping ajaran-ajaran agama, kebudayaan itu juga menyempurnakan kehidupan sesuatu masyarakat dengan membimbing manusia untuk mencapai kepuasan hidupnya selaras dengan ajaran-ajaran agama. Penulis menyarankan bahawa hanya amalan-amalan kebudayaan yang selaras dengan ajaran-ajaran agama wajib dikekalkan secara mutlak; tetapi hendaklah kita melakukan tolak-ansur; mengubah suai menurut alam dan zaman terhadap hal-hal yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama. Namun, kebudayaan yang bertentang dengan ajaran-ajaran agama harus ditinggalkan.
This transcript is from the cultural program, Sari Budaya, aired on Radio Singapore and is about cultural assessment. The writer refers to the conclusion made by Drs Soeharto Rijoatmodjo on culture, based on C Klickhohn but is reluctant to accept the opinion that there should be no compromise in cultural practice. We are not living in the same period and environment as our ancestors. Thus, we have gained different cultural patterns and attributes of humans living in these times because of these differences. Therefore, we must not practice our ancestors' practices without assessing it first. According to Drs Soeharto, culture is an embodiment of thoughts, feelings, and human beings' will. To form a habit/custom, we should first consider our thoughts and feelings and ensure whether it is necessary. A person who is very sure of his cultural attitude has no doubts to change his ancestors' practices if the changes bring about positive cultural practices and are beneficial for his well-being. In addition to the teachings of religion, culture also perfects a society's life by guiding people to achieve the satisfaction of life in line with the teachings of religion. The writer suggests that only cultural practices that are in line with religious teachings to be kept in absolute, but we also need to compromise and modify those that are not contrary to our religious teachings to suit our time and environment. However, cultural practices against the teachings of our religion should be not compromised and must be rejected.
Date Issued
August 27, 1977