Options
Citation
Muhammad Ariff Ahmad. (1988, September 22). M25 [Radio broadcast transcript]. In Nordin Kassim (Producer), Mestika Pusaka. Singapore Broadcasting Corporation (SBC). https://hdl.handle.net/10497/20445
Author
Muhammad Ariff bin Ahmad
Abstract
Transkrip ini adalah dari skrip M25 dari rancangan Mestika Pusaka dari siaran Radio 2, SBC dan adalah perbincangan peribahasa mengenai kehidupan manusia. Perbuatan seseorang menyakiti hati atau perasaan orang sama ada dengan kelakuan atau perkataan yang tajam menghiris diibaratkan sebagai peribahasa 'menggetil puncak kedal orang' dan 'menjatuhkan air muka' mengungkap memberi malu. Peribahasa lain yang membawa maksud yang sama dengan 'menggetil puncak kedal' orang tadi ialah 'menyinggung mata bisul orang'. 'Kedal' tak sama dengan 'bisul' tetapi kedua-duanya sakit apabila tersentuh - 'bisul' sakit badani dan 'kedal' sakit rohani. Untuk mengelakkan permusuhan dan perkelahian harus bersikap sederhana agar selalu 'buat baik berpada-pada; buat jahat jangan sekali'. Pengajaran itu disusuli pula dengan nasihat 'rezeki jangan ditolak; musuh jangan dicari' atau 'mara jangan dipukat, rezeki jangan ditolak'. Peribahasa 'besar kapal besarlah gelombang' bermakna yang makin tinggi pangkat dan kedudukan seseorang maka semakin banyaklah tanggungjawabnya. Peribahasa ini tidak sama erti dengan peribahasa 'besar periuk besar keraknya' yang bermakna apabila besar pendapatan seseorang maka besar belanjanya. Skrip turut membincangkan tentang peribahasa lain seperti: 'marahkan tikus lengkiang dibakar', 'marahkan pepijat kelambu dibakar', 'ambil patinya buang hampasnya', 'buang yang keruh, ambil yang jernih'. Peribahasa 'luka di lengan tampak berdarah; luka di hati siapa yang tahu' dan 'luka di tangan dapat diubat; luka di hati siapa tahu?' bermakna yang apabila seseorang itu menghadapi kesedihan atau kesusahan, hanya dia seseorang sahajalah yang merasai penderitaan dan kesedihan. Ada pula peribahasa 'luka sudah hilang parut tinggal juga' menunjukkan bahawa walaupun sengketa atau perkelahian sudah selesai namun masing-masing masih terkesan dengan peristiwa berkenaan. Orang yang kecil tubuhnya tetapi berani, berakal dan banyak pengetahuannya dan orang yang besar tubuhnya tetapi penakut dan lembab otaknya di ibaratkan dengan peribahasa 'kecil-kecil lada pidirbesar-besar limau abung'. Skrip ini membincangkan banyak lagi peribahasa lain.
This transcript is from the M25 script of the programme Mestika Pusaka from Radio 2, SBC and is about proverbs relating to human lives. The act of hurting someone's heart or feelings either by their actions or words is likened to the proverb 'menggetil puncak kedal orang' and 'menjatuhkan air muka' means a loss of face or reputation. Another proverb that has the same meaning as 'menggetil puncak kedal' is 'menyinggung mata bisul orang'. 'Kedal' is not the same as 'bisul' but both are painful when touched - 'bisul' are boils which are on the external part of the body whereas 'kedal' is the internal or spiritual health of the person. To avoid enmity and strife one should be modest in order to always 'buat baik berpada-pada; buat jahat jangan sekali'. The lesson is followed by the advice 'rezeki jangan ditolak; musuh jangan dicari' or 'mara jangan dipukat, rezeki jangan ditolak'. The proverb 'besar kapal besarlah gelombang' means that the higher one's rank and position is, the more responsibility he has. This proverb is not the same as the proverb 'besar periuk besar keraknya' which means that when a person's income grows bigger then his expenses grows bigger too. The script also discusses other proverbs such as: 'marahkan tikus lengkiang dibakar', 'marahkan pepijat kelambu dibakar', 'ambil patinya buang hampasnya', 'buang yang keruh, ambil yang jernih'. The proverb 'luka di lengan tampak berdarah; luka di hati siapa yang tahu' and 'luka di tangan dapat diubat; luka di hati siapa tahu?' means that when a person is facing grief or distress, he or she is the only one who feels the pain and sorrow. There is also the proverb 'luka sudah hilang parut tinggal juga' to show that although the dispute or fight is over but each is still affected and hurt by the event. People who are small but brave, intelligent and have a lot of knowledge and people who are big but cowardly and dull witted are likened to the proverb 'kecil-kecil lada pidir; besar-besar limau abung'. This script discusses many other proverbs.
Date Issued
September 22, 1988