Options
Tentang kekata: Peduli – bukan perduli [About the word “attentive”]
Citation
Muhammad Ariff Ahmad. (1992, April 5). Tentang kekata: Peduli – bukan perduli [About the word “attentive”; Radio broadcast transcript]. In Sari Bahasa. Singapore Broadcasting Corporation (SBC). https://hdl.handle.net/10497/20062
Author
Muhammad Ariff bin Ahmad
Abstract
Transkrip ini adalah dari siaran rancangan Sari Bahasa di SBC, W94.2, mengenai kekata 'peduli - bukan perduli'. Banyak orang tersalah menyebut kata 'peduli' itu dengan sebutan 'perduli'. Kekata 'duli' bererti 'debu' atau 'habuk halus' di bawah kaki raja. Apabila seseorang rakyat datang bersembah mengatakan 'ke bawah duli', maka wacana 'ke bawah duli' itu bermakna 'engkau' yang digunakan menggantikan kata 'tuanku'. Bagaimanapun, kata 'perduli' iaitu 'per'+'duli' tidak pernah digunakan sama ada sebagai bahasa istana atau bahasa luaran. Maka, kata 'perduli' itu dianggap 'salah sebut'. Kekata 'peduli' itu diambil orang Melayu dari bahasa Arab/Parsi. Dalam bahasa asalnya kekata itu disebut 'fadhuli' dan bermakna 'endah akan', 'hirau akan' atau 'ambil kisah akan'. Kadang-kadang kekata 'peduli' itu membawa juga makna 'biarkan'.
This transcript was delivered in a program Sari Bahasa broadcasted by SBC, W94.2 and is about the word 'peduli', not 'perduli'. Many people mispronounce the word 'peduli' with the word 'perduli'. The word 'duli' means dust or the fine dust under the King's foot. When people come to the King and say 'ke bawah duli', the discourse 'ke bawah duli' means 'engkau' or 'you' but in the context of the royal court, it refers to the term 'tuanku' or 'my lord'. However, the word 'perduli' that is 'per'+'duli' is never used either as a court language or an external language. The word 'peduli' is taken by the Malays from the Arabic/Farsi language. In the original language, the word is 'fadhuli' which means attentive, mind about or bother about. Sometimes the word 'peduli' also brings the meaning of letting it be.
Date Issued
April 5, 1992