Options
Citation
Muhammad Ariff Ahmad. (1988, February 21). M2 [Radio broadcast transcript]. In Nordin Kassim (Producer), Mestika Pusaka. Singapore Broadcasting Corporation (SBC). https://hdl.handle.net/10497/20382
Author
Muhammad Ariff bin Ahmad
Abstract
Transkrip ini adalah dari skrip M2 dari rancangan Mestika Pusaka dari siaran Radio 2, SBC dan adalah mengenai peribahasa yang membincangkan tentang adat dan menyentuh perantauan. Orang Melayu zaman dahulu terkenal sebagai perantau walupun perantauan itu dilakukan di sekitar tanahairnya sendiri ataupun pada zaman kekuasaan Majapahit dahulu disebut 'nusantara'. Peribahasa 'jauh perjalanan luas pemandangan; lama hidup banyak dirasa' menjadi penggalak dan pendorong anak2 muda untuk meninggalkan kampung halaman dan keluar merantau mencari pengalaman. Di nasihati juga calon perantau agar; pabila di rantau orang, baiklah membawa resmi ayam betina supaya tidak ada bencana. Menurut orang tua2 Melayu, ayam betina tahu membawa diri, tidak agresif dan rajin mencari rezeki. Hidup di perantauan haruslah mengikut ajaran peribahasa; dimana bumi dipijak di situlah langit dijunjung. Skrip ini juga membincangkan tentang peribahasa 'cupak gantangnya tiada sesukat; mata dacingnya tidak setimbang; yakni adat peraturan tempat dia merantau itu berbeza dengan kebiasaan di kampung halamannya seperti peribahasa: 'lain padang lain belalang', 'lain lubuk lain ikannya', 'masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak'. Merindukan kampung halaman, tempat tumpah darah, memanglah nostalgia semula jadi perantau; 'tempat jatuh lagi dikenang, inikan pula tempat bermain' dan peribahasa 'hujan emas perak di negeri orang, hujan keris lembing di negeri sendiri, baiklah negeri sendiri' menunjukkan betapa jauh dari tempat asal, si perantau akan kembali ke tempat asalnya juga. Bukan tak ada pula perantau yang pada mulanya kekok serba tak kena tetapi oleh kerana dapat ia menyesuaikan diri dengan keadaan disitu maka serasilah dengan peribahasa; 'alah bisa tegal dik biasa' dan apabila keperantauannya semakin meluntur maka perantau itu diibaratkan; 'belut lupa pulang ke lumpur, ikan lupa pulang ke lubuk'. Skrip ini membincangkan banyak lagi peribahasa2 berkenaan kehidupan perantauan.
This transcript is from the M2 script of the programme Mestika Pusaka from Radio 2, SBC and is about the proverbs that touches on 'perantauan' (wandering). The old Malays were known as wanderers even though the wandering itself were carried out around the area or in the era of Majapahit, the 'nusantara' region. The proverb 'jauh perjalanan luas pemandangan; lama hidup banyak dirasa' seems to be encouraging young people to leave their hometown and go out wandering looking for experience. Advices given to these young travellers to be live like 'ayam betina' (hens) so that there will no hardship. According to the old Malays, 'ayam betina' knows to carry itself, is not aggressive and diligent in seeking sustenance unlike the 'ayam jantan' (rooster) which can be quite arrogant. Living overseas should follow the teaching of the proverb; 'dimana bumi dipijak di situlah langit dijunjung'. The script also discusses about the proverbs 'cupak gantangnya tiada sesukat'; 'mata dacingnya tidak setimbang'. This refers to the customs and rules of the area where he wanders is different from the habits in his hometown as in the proverbs: 'lain padang lain belalang', 'lain lubuk lain ikannya', 'masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak'. When the wanderer misses his hometown, it is a natural nostalgia for him to feel that 'tempat jatuh lagi dikenang, inikan pula tempat bermain' and the proverb 'hujan emas perak di negeri orang, hujan keris lembing di negeri sendiri, baiklah negeri sendiri' shows that no matter how far from the place of origin he is, the wanderer will return to his original place. Even when at first wanderers can feel awkward but because he can adapt to the situation then he will feel it to be natural as in the proverb; 'alah bisa tegal dik biasa' and when he becomes increasingly well adjusted to the point of not wanting to return then he is said to be like a 'belut lupa pulang ke lumpur' or 'ikan lupa pulang ke lubuk'. This script discusses many more proverbs regarding 'perantauan'.
Date Issued
February 21, 1988