Options
Tentang kekata: Rawan dan rawon [About the word: "Rawan and rawon"]
Citation
Muhammad Ariff Ahmad. (1993). Tentang kekata: Rawan dan rawon [About the word: "Rawan and rawon"]. https://hdl.handle.net/10497/20512
Author
Muhammad Ariff bin Ahmad
Abstract
Artikel ini tentang kekata 'rawan' dan 'rawon' dan perbezaannya di dalam konteks makanan. Dalam Kamus Dewan, Edisi baru 1989, kekata 'rawan' di dalam frasa 'nasi rawan' ialah nasi yang bercampur dengan sayur dan lauk-pauknya. Kekata 'rawan' itu juga bermakna 'rawon' iaitu 'nasi rawan' yang juga disebut 'nasi rawon'. Bagi orang Melayu Singapura yang kebanyakannya keturunan Jawa, nasi itu disebut 'nasi rawon' tetapi bagi orang Melayu semenanjung yang bukan keturunan Jawa, panggilan bagi nasi tersebut adalah 'nasi rawan'. Kuah rawan/rawon di masak dengan buah kepayang (keluak). Buah kepayang yang hidup (fresh) mempunyai serabut yang boleh menghayalkan pemakannya. Namun, kuah rawan/rawon menggunakan buah kepayang yang sudah diproses dan ini menghilangkan rasa 'khayal' itu. Kuah rawan di Surabaya tidak memakai bahan tetelan dan kicap tetapi rawan di Aceh lain pula. Terdapat beberapa papan tanda yang bertulis 'rawan kecelakaan'. Makna 'rawan' di Aceh tidak sama dengan makna rawan yang disebutkan di atas. Kekata 'rawan' yang digunakan pada papan tanda bermakna 'bahaya, rawan kecelakaan' dan membawa maksud 'bahaya kemalangan'. Papan tanda 'Rawan Kecelakaan' di Aceh mempunyai makna yang sama dengan papan tanda 'Kawasan Kemalangan' di Malaysia dan 'Accident Area' di Singapura.
This article is about the word 'rawan' and 'rawon' and their differences in the context of food. In the Kamus Dewan, new edition 1989, the word 'rawan' in the phrase 'nasi rawan' is rice mixed with vegetables and the side dishes. The word 'rawan' also means 'rawon'; which is 'nasi rawan' and also called 'nasi rawon'. For the Malays in Singapore, who are mostly Javanese descendents, the dish is called 'nasi rawon' but for those who are not Javanese descendants from the the Malay peninsula it is called 'nasi rawan'. The 'rawan/rawon' gravy is cooked with meat and the 'kepayang' fruit (keluak). Fresh kepayang fruit has fibres that can be intoxicating. However, the 'rawan/rawon' gravy uses the processed 'kepayang' fruit and this eliminates the intoxicant. 'Rawan gravy' in Surabaya does not use meat and black soy sauce but the 'rawan' in Aceh is different. In Aceh, there are some signs that read 'rawan kecelakaan' and the meaning of 'rawan' there is not the same as the meaning of 'rawan' as mentioned above. The word 'rawan' which is used on the signboards, means 'bahaya, rawan kecelakaan' or 'bahaya kemalangan' (danger of accident). The signboard 'Rawan Kecelakaan' in Aceh is the same as 'Kawasan Kemalangan' which is used in Malaysia and 'Accident Area' in Singapore.
Date Issued
1993